Tamyiz dan Contoh Tamyiz dalam Al-Qur'an | Nahwu Praktis

TAMYIZ DAN CONTOHNYA DALAM AL-QUR’AN

Assalamu’alaikum wr. wb.
الـحمد لله حمدًا كثيرًا والصلاة والسلام على من بعثه الله رسولا إلى جميع الأنام
Apa kabar hari ini? Semoga sehat selalu dan sisa usia yang dimiliki dipenuhi berkah dariNya
pada artikel kali ini, saya akan mencoba menjelaskan tentang apa pengertian tamyiz?, apa saja pembagian tamyiz? Dan adakah contoh tamyiz dalam al-Qur’an?

Pengertian Tamyiz, Pembagian Tamyiz dan Contoh Tamyiz dalam Al-Qur'an
Baiklah, kita mulai saja pembahasannya

Pengertian Tamyiz

Tamyiz secara bahasa adalah merupakan mashdar dari fi’il مَيَّزَ يُـمَيِّزُ تَـمْيِيْزًا artinya pembeda. Pengertian tamyiz dalam ilmu fiqih artinya seorang anak yang sudah memiliki kemampuan membedakan antara satu hal dengan yang lainnya. Sedangkan dalam ilmu nahwu, Imam As-Shonhaji mendefinisikan tamyiz dengan bahasa yang sangat simple:
التَمْيِيْزُ هُوَ: الاِسْمُ الْـمَنْصُوْبُ الْـمُفَسِّرُ لِـمَا انْبَهَمَ مِنَ الذَّوَاتِ
“Tamyiz adalah isim yang dinashabkan yang menjelaskan dzat (benda/materi) yang masih samar (belum jelas)”
Dalam nadhomnya:
اِسْمٌ مُبَيِّنٌ لِمَا قَدِ انْبَهَمْ # مِنَ الذَّوَاتِ بِاسْمِ تـَمْييزٍ وُسِمْ
“Isim yang menjelaskan dzat yang masih samar, dinamai dengan tamyiz”
Dari pengertian tersebut, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan agar suatu isim sah dikatakan sebagai tamyiz:
Harus berupa isim; tidak boleh fi’il atau haraf
I’robnya mesti nashab
Menjelaskan benda yang masih samar
Seperti kalimat: Muhammad harum. Kalimat tersebut menyebutkan bahwa Muhammad harum, namun yang harum itu apa?; minyaknya, baju atau badannya?
Lalu diperjelaslah dengan mendatangkan kata “badannya”. Menjadi: Muhammad harum badannya. 
Maka jelaslah bahwa yang harum dari Muhammad itu bukan minyak ataupun bajunya, melainkan badannya. Nah, kata “badannya” itulah yang disebut tamyiz dalam bahasa Arab karena menjelaskan suatu dzat/benda/materi yang masih samar
Jika ditranslate ke dalam bahasa Arab kalimat tadi sebelum ditambahkan tamyiz, kurang-lebih seperti ini:
طَابَ مُـحَمَّدٌ
“Muhammad harum”
Jika ditambahkan tamyiz, menjadi:
طَابَ مُـحَمَّدٌ نَفْسًا
"Muhammad itu harum, badannya"
Kata نَفْسًا adalah isim yang dinashabkan yang menjelaskan dzat yang masih samar
Perbedaan tamyiz dengan haal adalah haal menjelaskan sifat yang masih samar dan haal bisa dibentuk dari isim atau jumlah/kalimat yang ditakwil menjadi isim, sedangkan tamyiz menjelaskan dzat yang masih samar dan tidak bisa dibentuk kecuali dengan isim tulen (tidak bisa dari jumlah)
Syarat selanjutnya untuk tamyiz adalah:
Tamyiz harus berupa isim nakiroh
Tamyiz tidak boleh ada kecuali setelah kalimat sempurna
Ibnu Hisyam mendefinisikannya dengan:
اِسْمٌ فَضْلَةٌ نَكِرَةٌ جَامِدٌ مُفَسِّرٌ لِمَا انْبَهَمَ مِنَ الذَّوَاتِ
“Isim fadlah (bukan umdah), nakiroh, jamid/tulen (bukan musytaq dari tashrifan fi’il seperti isim fa’il / isim maf’ul. Tidak seperti haal) dan menjelaskan dzat/benda yang masih samar”
Sebagaimana yang Anda ketahui, kalimat sempurna itu maksudnya fi’il dan failnya, mubtada dan khobarnya. Artinya, tidak boleh membuat tamyiz kecuali setelah fi’il-fa’il atau mubtada-khobar. Perhatikan contoh lain berikut ini:
تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا
“Zaid bercucuran, keringatnya
Kata عَرَقًا adalah isim yang dinashabkan, isim nakiroh, isim jamid, berada setelah kalimat sempurna (artinya isim tersebut fadlah bukan umdah) yang menjelaskan dzat yang masih samar
Atau contoh:
عَمْرٌو جَـمِيْلٌ وَجْهًا
“’Amr itu tampan, wajahnya
اِشْتَرَيْتُ عِشْرِيْنَ كُرَّةً
“Aku membeli dua puluh, bola
زَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا وَأَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا
“Zaed itu lebih mulya dari kamu, ayahnya dan lebih tampan wajahnya
Tambahan: Tamyiz secara umum harus ber’i’rob nashab. Tapi ada juga tamyiz yang berupa isim majrur degan cara idlofat. Seperti: عِنْدِي مِائَةُ رِيَالٍ. Kata رِيَال adalah isim majrur sebagai tamyiz dari مِائَةُ

Pembagian Tamyiz

Dalam kitab Fathu Robbi al-Bariyyah fii Syarhi Nidhomi al-Aajurumiyyah, Ahmad bin Umar bin Musaa’id al-Hazimi membagi tamyiz menjadi dua bagian:
1. Tamyiz mufrod (yang menjelaskan satu kata bukan satu kalimat)
Tamyiz mufrod ialah yang menjelaskan hal yang masih samar dari: Takaran (مِكْيَالاَتٌ), timbangan (مُوَازِنَاتُ), jarak (مِسَاحَاتٌ) dan bilangan (أَعْدَادٌ).
Contoh tamyiz dari takaran:
لِيْ صَاعٌ تَـمَرًا
“Aku memiliki satu sho’ kurma
Kata تَـمَر menjelaskan satu sho’. 
Contoh menjelaskan benda yang biasa ditimbang:
عِنْدَ زَيْدٍ کیلو كرم  لَـحْمًا
“Zaed memiliki sati kilo gram daging
Contoh yang menjelaskan jarak:
اِشْتَرَيْتُ شِبْرًا أَرْضًا
“Aku membeli sejengkal tanah
Contoh yang menjelaskan bilangan (biasanya bilangan dari 11 sampai 99):
كَانَ لِيْ أَحَدَ عَشَرَ مِصْبَاحًا
“Aku memiliki sebelas lampu
Sedangkan bilangan dari 3-10, 100,1000 dan seterusnya, tamyiznya langsung diidlofatkan. Contoh:
لِسَلْمَانَ ثَلاَثُ سَبُّوْرَاتٍ
“Salman memiliki 3 papan tulis
Demikian pula contoh: اِشْتَرَيْتُ عِشْرِيْنَ كُرَّةً sebenarnya termasuk tamyiz jenis ini.

2. Tamyiz nisbah atau disebut juga tamyiz jumlah (kalimat)

Yaitu menjelaskan keterkaitan fi’il dengan fa’il dan keterkaitan mubtada dengan khobar. Tamyiz ini terbagi menjadi dua bagian:
a. Muhawwal (bisa dipindahkan)
Maksudnya, sebuah tamyiz yang bisa dipindahkan / menempati kedudukan dalam suatu kalimat, baik sebagai fa’il, sebagai maf’ul bih atau sebagai mubtada
-  Contoh tamyiz yang bisa berkedudukan sebagai fa’il:
وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا. مَرْيَمُ: 4
“dan kepalaku telah menyala, ubannya
Kata شَيْبًا  adalah tamyiz yang menjelaskan keterkaitan fa’il dan fi’ilnya, karena sesungguhnya yang menyala itu bukan kepalanya tapi uban yang ada di kepala. Jadi, kaitan fi’il اِشْتَعَلَ sebenarnya adalah pada kata شَيْبًا yang hakikatnya berkedudukan sebagai fa’il. Karena itu, jika ditakwil menjadi:
وَاشْتَعَلَ شَيْبُ الرَّأْسِ 
“dan uban kepalaku telah menyala”
Demikian pula contoh طَابَ مُـحَمَّدٌ نَفْسًا dan تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا. Bisa ditakwil menjadi: طَابَتْ نَفْسُ مُـحَمَّدٍ dan تَصَبَّبَ عَرَقَ زَيْدٍ
-  Contoh tamyiz yang menempati kedudukan maf’ul bih:
وَفَجَّرْنَا الأَرْضَ عُيُوْنًا. الْقمر: 12
“Dan kami pancarkan bumi, airnya
Jadi yang memancar itu bukan bumi, tetapi mata air yang berasal dari bumi. Kata ألأَرْض menjadi maf’ul bih dari fi’il dan fa’il فَجَّرْنَا, sedangkan kata عُيُوْنًا adalah tamyiz bagi keterkaitan fi’il-fa’il dan maf’ul bihnya. Karena sebenarnya kaitan kata فَجَّرْنَا adalah dengan kata عُيُوْنًا. Oleh sebab itu, tamyiz dari kalimat tersebut bisa ditakwil menjadi:
وَفَجَّرْنَا عُيُوْنَ الأَرْضِ
“dan Kami pancarkan mata air bumi”
- Contoh tamyiz yang bisa dipindahkan menjadi mubtada:
أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا. الكهف: 34
 “Aku lebih banyak darimu, hartanya
Yang dimaksud dengan tamyiz ini adalah keterkaitan kata مَال dan أنَا yang mana kata أنَا menempati kedudukan mubtada. Jadi jika ditakwil, tamyiz ini menjadi:
مَالِي أَكْثَرُ مِنْكَ
Hartaku lebih banyak darimu”
Demikian pula contoh: عَمْرٌو جَـمِيْلٌ وَجْهًا dan زَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا وَأَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا. Tamyiz dari keduanya bisa dipindahkan menjadi mubtada, menjadi: وَجْهُ عَمْرٍو جَمِيْلٌ dan أَبُوْ زَيْدٍ أَكْرَمُ مِنْكَ وَوَجْهُهُ أَجْـمَلُ
b. Ghoir Muhawwal (tidak bisa dipindahkan)
Tamyiz ini sangat jarang sekali dan hanya bersifat sima’iy. Contohnya:
اِمْتَلَأَ الإِنَاءُ مَاءً
“Wadah telah penuh, airnya
Kata مَاء tidak bisa dipindahkan menjadi fa’il, maf’ul bih ataupun mubtada. Karena jika dipindahkan menjadi fa’il pun, umpamanya menjadi: اِمْتَلَأَ مَاءُ الإِنَاءِ “air wadah telah penuh” artinya menjadi tidak logis, karena keterkaitan (nisbah) antara wadah dan air itu bukanlah keterkaitan yang logis hingga sulit dipahami. Berbeda dengan air laut, air sumur dan air kolam misalnya.
Contoh Tamyiz Dalam Al-Qur'an
Perhatikan kata yang berwarna merah:
وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا. البقرة:27
صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ. البقرة: 138
فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا. النساء:4
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ. المائدة: 60
قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ... .الأنعام:19
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. الأنعام: 15
وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً.. .الأعراف: 142
قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ. يوسف: 30
فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ. يوسف: 64
كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا. الكهف: 5
بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا. الكهف: 29
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا. الكهف: 103
إِنَّمَا إِلَهُكُمُ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا. طه:98
هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ. الزمر: 29
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ. الصفّ: 3
 وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا. الجنّ:28
Dan masih banyak contoh yang lain dalam al-Qur'an
Kesimpulannya:
- Tamyiz itu menjelaskan dzat/benda yang masih samar
- Imam Ahmad bin Musa’id membagi tamyiz menjadi:
Pengertian Tamyiz, Pembagian Tamyiz dan Contoh Tamyiz dalam Al-Qur'an
Demikianlah pembahasan sederhana mengenai tamyiz. Atas segala kekurangan dalam penulisan ini, mohon dimaafkan. Kritik dan saran mengenai tulisan ini sangat ditunggu.
Terima Kasih
Wassalamu'alaikum wr. wb.

11 komentar

kirim alamat email aja, nanti saya kirim.. hehe

mohon maaf, mau tanya, ini dapat refrensi dari mana yaa ? kirim email.

Assalamu alaikum... Akh bisa tolong kirimkan juga materi nahwu lewat email saya ini