10 AMIL NAWASHIB DALAM JURUMIYAH
Assalamu’alaikum wr. wb.
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، رسثول الهدى والرحمة
Amil Nawashib,- Adalah diantara amil yang masuk pada fi’il mudhore. Sesuai dengan namanya, amil nashab/nawashib ini biasa membuat fi’il mudhore berubah i’rob menjadi nashab. Karena, asal i’rob fi’il mudhore itu rofa’ sebagaimana dijelaskan dalam jurumiyah atau al-Fiyah. Juga, ingatlah bahwa yang mempengaruhi i’rob rofa’ fi’il mudhore adalah amil nawashib dan amil jawazim. Contoh amil nawashib banyak dijumpai dalam al-Quran. Jika anda ingin mengetahui lebih dalam tentang pengertian dan contoh amil nawashib, artikel ini semoga memberi jawaban lebih atas rasa keingintahuan Anda yang tinggi
Sebagaimana telah disebutkan di atas sebelumnya, bahwa amil nawasib adalah amil yang mempengaruhi fi’il mudhore menjadi berubah i’rob dari rofa’ menjadi nashab dengan tanda masing-masing jenis fi’il itu sendiri seperti yang telah dijelaskan pada pembagian i’rob dan tandanya.
Adapun amil nawasib yang disebutkan dalam kitab al-ajurumiyah ada 10:
1. أَنْ (artinya: bahwa atau kadang tidak diartikan)
Disebut juga أَنْ الْمَصْدَرِيَّة. Yakni, fi’il yang telah memakai أَنْ bisa ditakwil dengan mashdarnya (mashdar muawwal) dan biasanya memiliki kedudukan dalam suatu kalimat; terkadang menjadi fa’il, maf’ul bih, mubtada-khobar dan lain-lain.
Contoh menduduki fa’il:
يَسُرُّنِيْ أَنْ تَتَعَلَّمَ
“Kamu belajar membuatku bahagia”
Contoh menduduki maf’ul bih:
إنَّ اللهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا.. (البقرة: 26)
Contoh berkedudukan sebagai mubtada:
وَأَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَكُمْ إنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ (البقرة: 184)
Contoh sebagai khobar:
ذالِكَ أَنْ لَمْ يَكُنْ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ... (الأنعام: 131)
Terkadang pula أَنْ masuk pada fi’il madi. Contoh:
أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِيْنَ (القلم: 14)
Atau kadang pula أَنْ masuk pada fi’il amar. Seperti:
أَنِ اغْدُوْا عَلَى حَرْثِكُمْ إنْ كُنْتُمْ صَارِمِيْنَ (القلم: 22)
أَنِ اعْبُدُوْا اللهَ وَاتَّقُوْهُ وَأَطِيْعُوْنِ (نوح: 3)
Tapi, meskipun أَنْ ini masuk ke fi’il madi dan fi’il amar, tetap saja tidak merubah i’rob lafadz dari kedua fi’il tersebut (hanya merubah mahall i'robnya saja). Karena memang keduanya mabniy. Adapun jika masuk ke dalam fi’il mudhore, maka i’robnya berubah sebagaimana dalam contoh. Karena memang fi’il mudhore itu mu’rob alias menerima perubahan i’rob.
2. لَنْ (artinya: tidak akan)
Contoh:
زَيْدٌ لَنْ يَقُوْمَ
“Zaed tidak akan berdiri”
Contoh dalam al-Qur’an:
وَإِذْ قُلْتمْ يَا مُوْسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللهَ جَهْرَةً... (البقرة: 55)
إنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلَآأَوْلَادُهُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا... أآل عمران: 10)
... أَوْ يُعِيْدُكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِـحُوْا إذًا أَبَدًا (الكهف: 20)
فَذُوْقُوْا فَـلَنْ نَزِيْدَكُمْ إلَّا عَذَابًا (النبأ: 30)
قَالُوْا يَا مُوْسَى إنَّا لَنْ نَدْخُلَــهَا أَبَدًا مَادَمُوْا فِيْهَا... (المآئدة: 24)
3. إِذًا (artinya: Jika demikian)
Amil nashab ini memiliki tiga syarat yang wajib dipenuhi:
- terletak di awal kalimat (respon)
- Fi’il yang berada setelahnya mesti bermakan istiqbal (belum terjadi/future)
- Tidak ada pemisah antara huruf إذًا dan fi’ilnya kecuali jika pemisah itu huruf qosam, huruf nida dan huruf nafyi. Contoh:
أ: أُرِيْدُ أَنْ أَزُوْرَ إلَى بَيْتِكَ
“Saya ingin mengunjungi rumahmu”
ب: إذًا / إذَنْ أَنْتَظِرَكَ
“Jika demikian, saya akan menunggumu”
Penggunaan إذًا ini jarang ditemui dalam al-Qur’an
4. كَيْ dan5. لاَمُ كَيْ (artinya: supaya/agar/untuk)
Penggunaan كَيْ dan لاَمُ كَيْ ini bisa dipisahkan ataupun disatukan menjadi: لِكَيْ. Namun yang paling serig digunakan dalam al-Quran adalah لاَمُ كَيْ atau (لِ).
Contoh:
نَرْجِعُ إلَى الْبَيْتِ كَيْ نَأْخُذَ الزَّادَ
Bisa juga:
نَرْجِعُ إلَى الْبَيْتِ لِــنَأْخُذَ الزَّادَ
Atau:
نَرْجِعُ إلى الْبَيْتِ لِكَيْ نَأْخُذَ الزَّادَ
“Kami pulang ke rumah untuk mengambil bekal”
Contoh penggunaan كَيْ dan لاَمُ كَيْ dalam al-Qur’an:
كَيْ نُسَبِّحَـكَ كَثِيْرًا (طه: 34)
فَرَدَدْنَاهُ إلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلاَ نَحْزَنْ... (القصص: 13)
لِـتُنْذِرَ قَوْمًا مَآ أُنْذِرَ آبَائُهُمْ فَهُمْ غَافِلُوْنَ (يس: 6)
لِـيُكَفِّرَ اللهُ عَنْهُمْ أَسْوَأَ الَّذِيْ عَمِلُوْا... (الزمر: 35)
وَلِــيُوَفِّيَــهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُوْنَ (الأحقاف: 19)
وَلِــيُمَحِّصَ اللهُ الَّذِيْ آمَنُوْا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِيْنَ (آل عمران: 141)
6. لَامُ الْجُحُوْدِ (untuk/agar atau tidak berarti apa-apa)
Syarat amil nashab ini adalah sebelumnya harus didahului oleh كَانَ / يَكُوْنُ yang telah dimasuki haraf nafyi (negatif). Contoh:
مَا كَانَ زَيْدٌ لِــيَنْصُرَ / لَمْ يَكُنْ زَيْدٌ لِــيَنْصُرَ
Contoh dalam al-Qur’an:
وَمَا كَانَ اللهُ لِـيُعَذَّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيْهِمْ... (الأنفال: 33)
مَا كَانَ اللهِ لِــيَذَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ... (آل عمران: 179)
7. حَتَّى (sehingga)
Contoh:
لَا يُصَلِّي الْمُسْلِمُوْنَ الصَّلاَةَ حَتَّى يَدْخُلَ الْوَقْتُ
“Orang-orang muslim tidak akan sholat sehingga masuk waktunya”
Contoh dalam al-Qur’an:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَـــكَ الْيَقِيْنُ (الحجر: 99)
إنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفسِهِمْ (الرعد: 11)
هُمُ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لاَ تُنْفِقُوْا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ حَتَّى يَنْفَضُّوْا (المنافقون: 7)
حَتَّى jika masuk pada isim, maka dia adalah huruf jarr. Contoh:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (الْقدر: 5)
8 & 9. الْجَوَابُ بِالْفَاءِ وَ الْوَاوِ (reaksi dengan memakai فَ atau وَ)
Syarat amil nashab ini adalah mesti didahului oleh nafyi (pernyataan negatif) atau tholab (tuntutan)
Jawab dengan فَ atau وَ ini terbagi menjadi 10 macam:
a. Reaksi (jawab) dari perintah (amar). Contoh:
أَقْبِلْ فَــأُحْسِنَ / وَأُحْسِنَ إلَيْكَ
“Menghadaplah, maka aku akan berbuat baik padamu”
b. Reaksi dari do’a (perintah pada yang lebih tinggi derajatnya). Contoh:
رَبِّي وَفِّقْـنِيْ فَــأَعْمَلَ / وَ أَعْمَلَ صَالِحًا
“Tuhanku, berilah aku taufik, maka aku akan beramal sholeh”
c. Reaksi dari larangan (nahyi). Contoh:
لاَتَضْرِبْ زَيْدًا فَــيَغْضَبَ / وَ يَغْضَبَ عَلَيْكَ
“Jangan kau pukul Zaed, maka dia akan marah padamu”
Contoh dalam al-Qur’an:
وَلَا تَطْغُوْا فِيهْ فَــيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي (طه: 81)
d. Reaksi dari kalimat tanya (istifham). Contoh:
أ: هَلْ زَيْدٌ يَحْضُرُ؟
ب: نَعَمْ
أ: فَــأُكْرِمَهُ / وَأُكْرِمَـهُ
A: “Apakah Zaed hadir?
B: Ya
C: Maka aku akan memuliakannya"
Contoh dalam al-Qur’an:
فَهَل لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَــيَشْفَعُوْا لَنَا.. (الأعراف: 53)
e. Reaksi dari sindiran (‘irdl). Contoh:
ألَا تَنْزِلُ عِنْدَنَا فَــتُصِيْبَ / وَتُصِيْبَ الْخَيْرَ
“Mengapa tidak singgah di sisi kami, maka kamu akan mendapat kebaikan”
f. Reaksi/respon dari ancaman (tahdid). Contoh:
لَوْ تَشْتَرِي الْخَمْرَ فَــأَقْتُلَـكَ / وَأَقْتُلَــكَ
“Jika kamu membeli khomr, maka akan kubunuh kau”
g. Reaksi / respon dari harapan kosong (tamanni). Contoh:
لَيْتَ لِيْ جَنَاحٌ فَــأَطِيْرَ / وَأَطِيْرَ إلَى حَبِيْبَتِي
“Andai aku punya sayap, maka aku akan terbang menuju kekasihku”
Contoh dalam al-Qur’an:
يَالَيْتَنِي كُنْتُ مَعَهُمْ فَــأَفُوْزَ فَوْزًا عَظِيْمًا (النساء: 73)
h. Reaksi / respon dari harapan (tarojji). Contoh:
لَعَلِّي أُرَاجِعُ إلَى الشَّيْخِ فَــيُفْهِمَـنِي / وَيُفْهِمَــنِيْ
“Andai aku pergi menuju guru, maka mungkin dia membuatku faham”
Contoh dalam al-Qur’an:
لَعَلِّي أَبْلُغَ الأسْبَابَ، أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَــأَطَّلِعَ إلَى اِلهِ مُوْسَى... (غافر: 37)
i. Reaksi/respon dari pernyataan negatif (nafyi). Contoh:
مَا تَأْتِيْنَا فَـــتُحَدِّثَـنَا / وَتُحَدِّثَـنَا
“Kamu tidak datang pada kami, (padahal jika datang) maka kamu bisa bicara pada kami”
Contoh dalam al-Qur’an:
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لاَ يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَــيَمُوْتُوْا وَلاَ يُخَفَّفُ... (فَاطر: 36)
Kaidah praktisnya: Jika fi’il mudlore terletak setelah فَ atau وَ yang merupakan jawab (reaksi) untuk salah satu dari semua macam nafyi atau tholab di atas, maka fi’il jawab mesti dinashabkan
10. Jawab (reaksi) dengan menggunakan أَوْ artinya sehingga/kecuali
Jawab dengan أَو ini bisa dua makna:
- Semakna dengan إلَّا haraf istitsna yang berarti kecuali
Contoh:
لَأَقْتُلَنَّ الْكَافِرَ أَوْ يُسْلِمَ
“Sungguh akan kubunuh orang kafir, kecuali dia islam”
- Semakna dengan إلى yang bermakna غَايَةٌ (puncak) yang artinya sehingga/sampai. Contoh:
لَأَحْكُمَّنَّكَ أَوْ تَقْضِيَـــنِي حَقِّي
“Aku benar-benar akan menghukummu hingga kau memenuhi hakku”
Dari semua amil nawashib yang telah dibahas, yang benar-benar merupakan amil nawashib adalah أَنْ dan لَنْ. Sedangkan selain keduanya, kebanyakan hanya memperkirakan haraf أَنْ. Karena hampir semua amil nawashib adalah haraf, namun karena sifat haraf tidak bisa masuk secara langsung pada fi'il mudlore, maka harus dipisah menggunakan أَنْ.
Sampai sini saya kira cukup pembahasan dasar tentang amil nawashib. Adapun pernik-perniknya silakan pembaca merujuk pada kitab-kitab yang lebih lengkap
Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah wawasan kita semua. Mohon maaf atas segala kekurangan
Terima kasih telah berkunjung.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
31 komentar
Alhamdulillah,, jazaakallahu khoyron
Aamiiin yaa Rabb...
Terima kasih, kang.. :)
شكرا كثيرا
عَفْوًا عَفْوًا
:)
Sangat membantu. Terus berkarya
Terima kasih...
Doakan saja ya... hehe
Terima kasih ang..
Sangat terbantu sekali
Tolong lanjutin.. hhe
Izin kang
Tambahan Kang:
Amil nawasib terbagi 2
1. yang menasabkan dengan dirinya ada 4 (an, Lan, Idzam, Kae)
a. An masdariyah
b. Lan
c. Idzan harfu jawab & Jaza'
d. Kae masdariyah didahului lam ta'lil dzohir/muqodar
2. yang menasabkan dengan An mudmar wujuban/jawazan ada 6 (sisanya)
nah yang 6 ini tidak menasabkan fi'il mudhore, yang menasabkanya adalah An Mudmar yang ada setelah 6 ini yang disimpan baik disimpanya wajib atau jaiz, Seperti
اَقْبِلْ فَأَحْسِنَ / وَاَحْسِنَ اِلَيْكَ تقدرهما فَأَنْ اَحْسِنَ / وَأَنْ اَحْسِنَ
اَحْسِنَ فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَنْصُوْبٌ بِـ(أَنْ) مُضْمَرَةً وُجُوْبًا بَعْدَ فَاءِ السَّبَبِيَّةِ أَوْ وَاوِ مَعِيَّةِ اَلْمَسْبُوْقَةِ بِطَلَبٍ
bermanfaat sekali, terima kasih
Sama2 kang...
Jazakallah kang..
Maaf kang mau tanya lafadz hattaa yughoyyiruu di dalam alquran diujung lafadznya ada alif yang tidak berharkat itu fungsinya sebagai apa.. itu nasabnya membuang nun ya kang
Satu lagi kang pertanyaannya saya belum mengerti penjelasan ini maksaudnya apa kang ( karena hampir semua amil nawasib adalah haraf, namun karena haraf tidak bisa langsung masuk kedalam fiil mudhore maka harus dipisah menggunakan AN)
Hatta yughoyyiruu, alifnya tambahan saja untuk memisahkan wawu dlomir dengan yang lainnya
Amil nawashib adalah haraf, haraf tidak bisa masuk pada fiil kecuali dipisan dengan AN. maka amil nawashib yang asli cuma dua; AN dan LAN. Sisanya adalah dengan memperkirakan AN saja
Seperti, li (lam kae). Asalnya adalah huruf jar, tapi karena masuk ke dalam fiil, maka mesti ditambahn AN baik ditampakkan ataundisembunyikan (kebanyakan disembunyikan)
makasih kang,, Jazakallahu khoiraa Jazaa,,,
Sama2 kang..
🙏🙏🙏
Tolong diberikan nadhoman sekalian agar mudah dihafalkan. Trims, jazakallah hoir...
Asaalamualaikum kang,saya baru lihat artikelnya hari ini. Minta kang tolong bahas perihal jamak. Terimakasih
Wa'alaikumussalam wr
Jamak apa yang dimaksud?
alhamdulillah, mantab, saya masih pemula dan masih bingung .... usul: sekiranya ada bab tersendiri (isinya contoh kalimat) tapi mengulas seluruh aspek nahwu. tidak dipisah2 per bahasan. karena ketika disuguhi kalimat utuh, kembali bingung ...:)(
Insyaallah kang ke depannya bisa...
Blog yang bermanfaat,,terus semangaatt
Blog yang bermanfaat,,terus semangaatt
Assalamualaikum makasih guru atas ilmunya
jazakallah khoir....
Alhamdulillah Sgt Bermanfaat
Syukron jazilan. Sangat bermanfaat sekali. Izin untuk copas ke komunitas Semoga menjadi amal jariyah.
Tapi mohon maaaaf sekali, penulisan potongan al Quran nya tolong di perhatikan lagi, seperti di no 6, surat ali imran, saya lihat seharusnya di mushaf ما كان اللهَ
Contoh "اَنْ" yang artinya "HENDAKNYA" di dalam Al Quran tepatnya di surat apa aja dan ayat berapa aja ya kang?
Mohon ma'af kang,
Kebanyakan arti "hendaknya" pakai lam fi'il amar, saya belum menemukan hendaknya yang diredaksikan dengan أن